Bagaimana Al-Qur’an
disusun dan diurutkan?
Alquran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad lewat Malaikat Jibril sebagai petunjuk umat Islam. Alquran pertama kali diturunkan di Goa Hira pada 17 Ramadhan 610M secara berangsur-angsur selama 23tahun. Wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad adalah surat al-‘alaq ayat 1-5.
Sebagian ulama meyakini penyusunan Alquran sudah dimulai sejak Nabi Muhammad masih hidup. Selain menajarkan bacaan dan pemahamannya, nabi Muhammad juga mengajarkan bagaimana letak ayat Alquran nantinya. Hanya saja, Alquran pada waktu itu belum berbentuk buku seperti sekarang. Karena, waktu itu penurunan wahyu belum selesai. Jika langsung dibukukan, maka Alquran akan terus mengalami perubahan. Tetapi, ada beberapa sahabat yang menulis potongan ayat ayat Alquran di berbagai tempat yang bisa digunakan. Seperti pelepah kurma, batang pohon,lempengan batu,kulit dll.
Setelah Nabi Muhammad wafat, saat pemerintahan Abu Bakar, para sahabat memiliki ide untuk menyusun lembaran-lembaran Alquran. Pembukuan Alquran baru mulai setelah perang Yamaah terjadi. Banyak sahabat penghafal Quran meninggal. Sehingga sebagian sahabat khawatir Ayat Alquran menghilang.
Lalu, Umar Bin Khattab mengadukan hal tersebut kepada Abu Bakar dan mengusulkan untuk menyusun Alquran menjadi sebuah buku. Awalnya, Abu Bakar menolak karena menganggap Nabi Muhammad tidak melaksanakan atau mengamanahkan itu. Namun, selang beberapa waktu Abu Bakar menyetujui.
Abu Bakar mengundang Zain Bin Tsabit dan menunjuknya sebagai ketua pelaksana. Zaid yang awalnya menolak seperti Abu Bakar akhirnya menyetujui. Mengumpulkan Alquran tentu bukan tugas yang mudah. Oleh karena itu, Zaid dibantu para sahabat untuk menyelesaikannya. Para sahabat berusaha mengumpulkan lembaran Alquran di berbagai media dan tempat. Lembaran yang sudah terkumpul lalu di serahkan kepada Abu Bakar hingga meninggal.
Selanjutnya, tugas itu dilanjutkan oleh Umar Bin Khattab sebagai khalifah penerus Abu Bakar. Setelah Umar meninggal, lembaran tersebut dijaga oleh Hafshah binti Umar bin Khattab, istri Rasulullah.
Pada masa pemerintahan Utsman, seorang sahabat yang bernama Hudzaifah menyampaikan kondisi umat islam yang saling berselisih pemahaman terhadap Alquran. Menaggapi masalah tersebut Utsman memutuskan untuk meminta Hashah membawakan lembaran Alquran yang ada padanya. Selanjutnya, Utsman memberikan lembaran tersebut kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Haris untuk menyalin Alquran tersebut menjadi satu kitab.
Hasil dari penyelesaian itulah yang dikenal sebagai Alquran kaidah Rasm Utsmani atau Alquran yang ditulis dengan gaya penulisan Khalifah Utsman Bin Affan.