Semen Gresik.
PT Semen Gresik merupakan anak perusahaan dari SIG. SIG, atau PT Semen Indonesia Tbk, adala perusahaan BUMN klaster insfrastruktur yang tercatat di PT Bursa Efek Indonesia, dengan 51% saham dimiliki Pemerintah Indonesia. Perusahaan ini memiliki 17 anak perusahaan yang berlokasi di Indonesia dan Vietnam, dengan jangkauan pasar hingga Asia, Australia, dan Oseania. Perusahaan ini memiliki bisnis utama di bidang persemenan dan produk berupa beton, mortar, precast, dan agregat.
Sebelum membahas lebih lanjut, tulisan ini adalah tulisan lanjutan dari Produksi Film Bersama Om Abid, yang bisa kalian baca di www.fiaidikahammadafwa.online.
PT Semen Gresik adalah perusahaan operasional penghasil semen dalam SIG Group. Dengan berdirinya PT Semen Gresik, SIG menjadi strategic holding dan menyerahkan produksi semen ke anak perusahaan. Strategic holding, adalah model holding yang dimana, induk perusahaan fokus melaksanakan fungsi strategic tanpa melakukan aktivitas operasi. Sehingga, PT Semen Gresik bertanggung jawab penuh atas kegiatan operasional produksi semen, sementara SIG berperan sebagai induk perusahaan yang menjalankan fungsi strategis sepeti perencanaan bisnis, peengelolaan aset, investasi, serta pengembangan pasar.
PT Semen Gresik didirikan pada 25 Maret 1953 dengan nama “NV Pabrik Semen Gresik” dan mulai beroperasi secara komersial pada 7 Agustus 1957 di Gresik, Jawa Timur, Dan diresmikan oleh Presiden Soekarno. Saat ini, perusahaan tersebut memiliki kantor pusat di Desa Kajar, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Saat ini, PT Semen Gresik memiliki beberapa tambang kapur dan tanah liat di sekitar pabrik Tuban, Jawa Timur, dan Rembang, Jawa Tengah. PT Semen Gresik memiliki beberapa fasilitas produksi dengan kapasitas yang signifikan. Pabrik di Tuban, terdiri dari empat unit produksi, Tuban 1 hingga tuban 4, dengan kapasitas total mencapai 15 juta ton pertahun. Sementara itu, pabrik di Rembang, memiliki kapasitas produksi sebesar 3 juta ton per tahun.
Dari kompasiana.com, cadangan batu kapur di tambang PT Semen Gresik di Rembang diperkirakan mencapai 2.213.500.000-meter kubik. Setelah penambangan antara tahun 2000 hingga 2008 yang menghasilkan sekitar 1.803.931,12-meter kubik, cadangan yang tersisa masih sekitar 2.211.696.068,88-meter kubik. Dengan asumsi kebutuhan batu kapur untuk pabrik semen berkapasitas 3 juta ton per tahun adalah sekitar 1.090.000-meter kubik per tahun, cadangan ini kemungkinan besar dapat menopang produksi hingga ratusan tahun. Sedangkan, data spesifik mengenai cadangan batu kapur di tambang PT Semen Gresik di tuban belum ditemukan. Namun, diketahui bahwa lahan tambang kuari batu kapur PT Semen Gresik di tuban seluas 797,4 hektar, yang terdiri dari lahan selesai ditambang seluas 52,54 hektar dan lahan aktif sebesar 393 hektar.
Dari Website resmi semengresik.sig.id, Proses produksi semen di PT Semen Gresik dimulai dengan penambangan bahan baku utama, yaitu batu kapur dan tanah liat. Setelah di tambang, kedua bahan baku ini dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil menggunakan crusher mill (untuk batu kapur) dan clay cutter (untuk tanah liat). Selanjutnya, bahan baku tersebut digiling di grinding mill hingga menjadi material berbentuk debu. Material ini kemudian dipanaskan dalam klin untuk menghasilkan terak atau clinker. Terak yang dihasilkan tadi, digiling kembali bersama bahan tambahan lain untuk menghasilkan semen.
Dalam hal pemasaran, PT Semen Gresik memiliki jaringan distribusi yang sangat luas, dengan didukung oleh 385 distributor dan lebih dari 70.000 toko ritel di indonesia. Perusahaan ini juga menjalankan berbagai strategi pemasaran, meliputi periklanan, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat agar memastikan produk mereka dikenal dan tersedia bagi konsumen.
Lalu, bagaimana upaya PT Semen Gresik bertanggung jawab atas lahan yang selesai ditambang?
PT Semen Gresik telah mengambil beberapa langkah untuk bertanggung jawab atas lahan yang selesai ditambang, dengan fokus pada rehabilitasi lingkungan dan keberlanjutan. Berikut adalah beberapa upaya yang dilakukan PT Semen Gresik:
1. Reklamasi Lahan.
Setelah proses penambangan selesai, PT Semen Gresik melakukan penanaman kembali di area tambang yang telah digali. Ini bertujuan untuk mengembalikan kondisi lahan menjadi lebih baik dan dapat dimanfaatkan kembali. Sebagai contoh, di area tambang di Tuban dan Rembang, mereka melakukan penghijauan dengan tanaman yang sesuai karakteristik tanah tiap daerah.
2. Konservasi dan Penghijauan.
PT Semen Gresik telah menjalankan program penghijauan dengan menanam pohon di area bekas tambang untuk mencegah erosi, menjaga keseimbangan ekosistem, serta memperbaiki kualitas tanah. Program ini juga mendukung pelestarian keanekaragaman hayati di sekitar kawasan tambang.
3. Pemanfaatan Kembali Lahan.
Beberapa area bekas tambang diubah menjadi lahan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Seperti kawasan hijau, taman, atau area pertanian yang telah terkontaminasi dengan tanah subur kembali. Proyek ini berfokus pada pengembalian nilai guna lahan setelah penambangan.
4. Kolaborasi dengan Pemerintah dan Masyarakat.
PT Semen Gresik bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), termasuk dalam hal rehabilitasi lingkungan. Mereka juga melibatkan masyarakat dalam proses reklamasi untuk memastikan bahwa upaya penghijauan dan rehabilitasi memberikan manfaat jangka panjang.
5. Pemantauan Lingkungan.
PT Semen Gresik melakukan pemantauan secara rutin terhadap kualitas udara, air, dan tanah di sekitar kawasan tambang untuk memastikan bahwa dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat diminimalkan.
Upaya-upaya tersebut menunjukkan komitmen PT Semen Gresik dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan, meskipun kegiatan penambangan memiliki dampak yang tidak bisa dihindari.
Dan yang terakhir, sebagai tambahan, berdasarkan Asosiasi Semen Indonesia (ASI), konsumsi atau penggunaan semen domestik pada tahun 2023 mencapai -+65 juta ton. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yang di mana konsumsi semen domestik tercatat sebesar 63 juta ton.
Meskipun terdapat kenaikan konsumsi, industri semen indonesia masih menghadapi kelebihan pasokan. Dengan total kapasitas produksi mencapai 120 juta ton per tahun, tingkat pemanfaatan pabrik semen di indonesia hanya sekitar 54%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar kapasitas produksi belum termanfaatkan secara optimal.
Untuk mengatasi kelebihan pasokan ini, pemerintah telah mengusulkan moratorium atau penangguhan pemberian izin untuk pendirian pabrik semen baru. Langkah ini diharapkan dapat menyeimbangkan antara kapasitas produksi dan permintaan semen di dalam negeri.