Riset penjual di kampung Ramadhan.
Kemarin 27 Maret 2023, abah menyuruhku untuk membuat riset yang berkaitan dengan bulan ramadhan. Aku disuruh membbuat 4 opsi riset bertemakan bulan ramadhan. Lalu setelah beberapa kali diskusi, akhirnya memilih riset tentang penjual di kampung ramadhan. Setelah menentukan temanya, aku disruh abah untuk membuat angket riset yang nantinya dibagikan kepada penjual di kamoung ramadhan. Setelah itu aku print angket tersebut.
Pada 5 April 2024, sekitar pukul 14.00, berhubung ibuk sedang ada acara dengan muridnya di rumah dinas kapolres, aku ikut ibuk, lalu jalan kaki ke kampung ramadhan.
Sesampainya di kampung ramadhan, aku langsung mengunjungi penjual-penjual disana. Aku memulainya dari stand paling barat. “Buk, nuwun sewu, kula saking pondok baitussalam kasingan, wonten tugas riset penjual di kampung ramadhan.”
“oo nggih”
“nderek ngrepoti sekedap, nyuwun tulung niki diisi.” Ucapku sambil memberikan angket beserta pulpen
“aku gak iso maca mas tulisane keciliken, sampean wacanen, mengka tak jawab.”
“o, nggih buk.” Lalu aku membacakan dari siapa namanya, alamatnya hingga pertanyaan-pertanyaan.
Ternyata ibu-ibu itu bernama Bu Dwi, rumahnya Sumberjo. Bu Dwi berjualan di kampung ramadhan bertujuan untuk memanfaatkan momen ramadhan untuk menambah penghasilan. Bu Dwi menjual aneka makanan, seperti sayur-sayuran, dan lauk pauk. Pada bulan-bulan biasa, Bu Dwi berjualan di angkringan dekat pintu masuk pasar Kab. Rembang. Lalu Bu Dwi bisa berjualan di stand ini, dengan cara mendaftar di IndagKop. Pada ramadhan sebelumnya Bu Dwi juga sudah pernah berjualan di kampung ramadhan, -+ sudah 4 kali. Lalu saat aku bertanya di pertanyaan terakhir, “adakah peningkatan penjualan di kampung ramadhan?”, lalu Bu Dwi menjawab “biasanya, pas awal-awal itu naik, terus dipertengahan mulai turun, nah, pas akhir-akhir kayak gini, biasanya naik lagi”.
setelah selesai, aku berpamitan tak lupa mengucapkan terimakasih, lalu lajut ke penjual-penjual berikutnya. Sampai ke penjual ketiga, bapak-bapak, tidak memiliki rambut kita panggil saja pak bambang. Aku ngomong seperti tadi, pak kula saking bla bla bla, lalu saat aku menyerahkan angket beserta bolpoin, lalu pak bambang ngomong, “kowe santri kono ta le?” aku jawab “nggih”, lalu pak bambang membaca angketku sambil ngomomng “iki maksute piye” aku menjawab lagi “kula nyuwun tulung njenengngan ngisi” lalu pak bambang lanjut ngomomng “mengko sik ya, aku ijek sibuk iki, kowe mebeng-mubeng sik, mengko rene meneh tak isine” aku menjawab “nggih”. Lalu setelah sampai paling pojok timur, aku kembali lagi ke pak bambang. “pripun pak, sampun?” lalu pak bambang ngomomng, “engko sik a, aku ijek sibuk iki.” berhenti bicara sebentar, lalu lanjut ngomomng “Piye yo ceh, cari yang lain cari yang lain-cari yang lain” kata pak bambang yang nadanya meninggi, sambil menunjuk ke arah timur.
Lalu aku langsung pergi meninggalkan pak bambang. Yang katanya sibuk, padahal tidak melakukan apapun. Pembeli juga tidak ada. Padahal tadi aku di penjual yang lain ada yang lagi menggoreng, ada yang lagi mengiris bumbu-bumbu, ada yang lagi motong jeli, ada juga yang lagi ada pembeli, semua mau meluangkan waktunya untuk mengisinya. Meskipun kebanyakan sama seperti pak bambang yang Tanya maksudnya gimana dahulu, tetapi kebanyakan setelah aku jelaskan kembali baru mengisinya, hanya pak bambang yang tidak mau ‘diganggu’.
Setelah itu, aku jalan kaki ke rumah dinas, lalu minta diantar pulang oleh ibuk.